150 mata air di Bima menghilang
Akibat perambahan hutan yang massif,dari 200 titik mata air di Kota Bima, 150diantaranya hilang. Ini terhitung dalamkurun waktu beberapa tanun terakhir.Belum lagi adanya intrusi air laut yangmenyebabkan air tanah di pesisir Bimamenjadi payau.
Berdasarkan Data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima (2019), dari 200 lebih mata air, saat ini tersisa hanya 50-an dengan debit air yang juga berkurang.
Hasil kajian Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima, alih fungsi lahan menjadi penyebab utama terjadinya degradasi jumlah sumber mata air. Selain beberapa faktor alam lainnya, yaitu curah hujan dan musim kemarau.
Bencana Kekeringan
Agustus 2021, Pemprov NTB menetapkan Kota Bima sebagai daerah darurat kekeringan air bersih. Menyusul meluasnya kekeringan menjadi 21 kelurahan. Tidak hanya di Kota Bima, Kabupaten Bima juga selalu menjadi
langganan bencana kekeringan setiaptahun.
Wilayah NTB yang terdiri dari Pulau Lombok dan Sumbawa, terletak di bagian Indonesia Timur dan tergolong wilayah gersang dan rawan kekurangan air. Hal inii terjadi akibat curah hujan rendah setiap tahunnya. Tidak menutup kemungkinan setiap tahunnya NTB dilands kekeringan.Tersedianya sumber mata air adalah salah satu fokus utama sebagai solusi berkelanjutan dari penyelesaian masalah kekeringan.
Restorasi Ekologi
Upaya untuk penyelamatan sumber mataair dapat dilakukan dengan restorasiekologi terutama di kawasan lahan kritis.
Berdasarkan data lahan kritis dari DinasLHK NTB tahun 2018 mengacu padaKeputusan DirekturJenderalBinaPengelolaan DAS dan Perhutanan SosialNomorSK.4/V-DAS/2015 tanggal29Januari 2015 tentang Penetapan Peta danData Hutan dan Lahan Kritis NasionalTahun 2013 dan Keputusan MenteriLingkungan Hidup dan Kehutanan NomorSK.306/MENLHK/PDASHL/DAS.0/7/2018tentang Penetapan Lahan Kritis Nasional,disebutkan bahwa Lahan terluas dengan status Sangat Kritis di NTB adalahkawasan Hutan Konservasi dan HutanProduksi di Bima yang merupakan kawasan hulu di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS).
Oleh karena itu Bima menjadi salah satukawasan utama dalam upaya restorasi ekologi
Desa Resapan Air
Merasa prihatin dengan jumlah mata airyang terus berkurang di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kadar Foundation terdorong berbuat sesuatu. Sedikit demi sedikit luar kawasan hutan ditanami dengan bibit pepohonan. Setidaknya sudah lebih dari 4.000 bibit pohon telah ditanam oleh Kadar Foundation sejak awal Tahun 2021.
Berharap mata air yang sempat mati, bisa dipulihkan kembali. Perlu digalakkan gerakan Penyelamatan Sumber Mata Air dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk turut serta merestorasi ekologi.
Untuk mewujudkan program ini, Kadar Foundation mengajak masyarakat luas untuk peduli terhadap lingkungan dan berkolaborasi bergerak menyelamatkan sumber mata air dan menghijaukan Indonesia, khusunya di kawasan Bima, Nusa Tenggara Barat, melalui PROGRAM WAKAF POHON.