Suatu saat saya bersilaturahmi dengan tan dan keluarganya, otomatis selayaknya teman kami ngobrol ngalor ngidul.
Sampai pada satu ketika ada obrolan dari sang isteri yang bercerita tentang kehidupan seorang selebriti yang rumahnya besar lagi mewah, dan isterinya cantik sekali.
Sang suami hanya senyum dan menyampaikan, “Nanti kita punya rumah lebih megah dan mewah dari itu, terus kamu akan jauh lebih cantik dari isteri selebriti tersebut dengan perawatan terbaik”.
Sang isteri agak “Ngenye” karena menyangsikan statment suaminya, “Kapan itu terjadi bi?”. Sang suami jawab, Kelak di Surga.
Saya pun tertegun, owh surga ya, sebaik-baik tempat bagi orang yang beriman ya di surga memang, tidak ada yang mengalahkan keindahannya.
Sang suami sedang memupuk keyakinan dan motivasi kepada sang isteri tentang surga, kalau kata para psikolog “Menanamkan cita-cita di hati agar tindakan bergerak ke arah yang dicita-citakan”.
Kalau menurut para motivator “Bagaimana kita bisa mencapai sesuatu yang tidak menjadi cita-cita kita? “.
Nah, maka surga harus dicita-citakan loh, dan harus ditanamkan kuat di dalam hati bahwa target kita kelak saat pulang keharibaan Allah SWT, adalah Surga, bukan Neraka.
Rasanya tepat jika seorang suami yang baik akan terus memotivasi isteri dan keluarganya untuk sesuatu yang hakiki, dimana target membangun keluarga bukan lagi target kemakmuran di dunia, tetapi lebih dari itu, target bagaimana positioning kita di hadapan Allah SWT.
Pastinya jika target ini sudah sampai pada kesepakatan bersama, maka seyogyanya segala daya dan upaya akan diarahkan mencapau tujuan besar keluarga bersama, yaitu Surga.
Oleh. Maulana Ishak