Sahabat sekalian yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, apa yang kiranya sahabat rasakan ketika sahabat berhubungan jarak jauh dengan sang pendamping hidup? Saya yakin, seperti ada yang kurang dalam hidup. Mengapa bisa demikian? Boleh jadi dikarenakan adanya cinta dalam hati yang menjadikan diri selalu ingin dekat bersamanya.
Di kala menjelang malam, di mana seluruh pekerjaan sudah diselesaikan, dalam suasana hati yang relaks, sahabat pasti ingin menghubungi sekadar berbicara yang mungkin kurang penting, dan lebih condong kepada berbagai hal ke seharian yang sederhana, namun terasa luar biasa.
Nah, bagaimana kiranya kepada kedua orangtua yang telah membesarkan kita, sahabat? Masih adakah tambatan hati kita kepada mereka yang membuat hati kita tergerak untuk menjaga komunikasi dengan keduanya?
Wah, bahaya jika sudah tidak ada. Rupanya kita telah lupa atas jasa mereka yang telah menghantarkan kita menjadi pribadi yang ada saat ini.
Tahukah sahabat, ini sebuah kisah nyata yang tidak etis jika saya sebutkan namanya. Di suatu saat, saya sedang makan siang dengan beberapa orang kawan.
Tiba-tiba ponsel salah seorang dari kami berdering dengan nomor yang tidak dikenal, dan setelah diangkat, ternyata dari bapaknya di kampung. Tiba-tiba kawan saya menitikan air mata, dan kami pun langsung bertanya, apakah yang sebenarnya terjadi?
Ternyata kawan saya diberi satu pertanyaan yang sangat menohok, pertanyaan tersebut “LE, apa harus kamu mendengar kabar bahwa bapak mu sudah meninggal, baru kamu ingat bapak? Bapak ini masih hidup LE, bapak gak butuh apa-apa dari kamu, bapak dengar kami sehat saja, bapak sudah sangat senang”.
Saya rasa siapa pun hatinya akan tertusuk mendengar pertanyaan dan statement sang bapak kepada anaknya tersebut.
Cerita ini dapat menjadi sebuah pelajaran, bahwa terkadang kita lebih mencintai pasangan, profesi pekerjaan, komunitas dan lainnya, dibandingkan kedua orangtua yang telah berjasa dalam hidup kita.
Padahal mereka adalah manusia yang paling tulus bersama kita, melebihi tulusnya pasangan hidup, apalagi teman sejawat yang mungkin karena kepentingan, dan teman komunitas yang berkumpul mungkin hanya satu pemikiran, dan lain sebagainya.
Oleh karenanya, kapankah terakhir sahabat berkomunikasi dengan orangtua? Sudahkah di minggu ini menghubungi orangtua walau hanya bertanya kabar mereka dan memberikan kabar kita? Jika belum. Lakukan segera dan dapatkan doa dari mereka yang boleh jadi penyebab turunnya rezeki dari Allah Ta’ala.
Saran saya, masukkanlah berkomunikasi dengan orangtua menjadi agenda mingguan yang tak terlepas dari catatan agenda sahabat sekailan, dan rasakan manfaatnya dalam kehidupan.
Ini pernyataan saya pribadi yang boleh jadi terdapat kesalahan, namun merupakan ungkapan hati yang jujur bahwa “boleh jadi ada bagian rezeki kita yang masih menggantung di langit dan baru dapat diturunkan melalui doa orangtua kita”.
Coba perhatikan bahwa mereka yang menjaga tali hubungan yang erat dengan kedua orangtuanya adalah orang yang memiliki kecenderungan mencapai tingkat kesuksesan dan prestasi tertinggi.
SubhanaLLah. Apakah sahabat mengetahui mengapa demikian? Ya. Jawabannya adalah karena “RIDA Allah ta’ala terletak pada RIDA kedua orangtua”.
Oleh. Maulana Ishak